Music Player

Minggu, 05 Oktober 2014

Pertemuan 9



What's Up semua!!! hari ini saya belajar eksistensialisme menurut Kierkegaard dan Satre




Menurut Kierkegaard


Pokok-pokok ajaran Kierkegaard
Kierkegaard memberikan kritik kepada Hegel: Kierkegaard memandang Hegel sebagai pemikir besar, tp satu hal yg dilupakan Hegel yang menurut Kierkegaard adalah eksistensi menusia individual dan konkret. Manusia tidak dapat dibicarakan ‘pada umumnya’ atau ‘menurut hakekatnya’, karena manusia pada umumnya tidak ada yang ada itu adalah manusia konkret yang semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. Manusia itu eksistensi. Eksistensi berarti bagi Kierkegaard merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya. Hanya manusia bereksistensi, karena dunia, binatang dan sesuatu lainnya hanya ‘ada’. Juga Tuhan ‘ada’. Tapi manusia harus bereksistensi, yakni menjadi (dlm waktu) seperti ia (akan) ada (secara abadi).


Ada tiga cara bereksistensi: tiga sikap terhadap hidup, yaitu: sikap estetis, sikap etis dan sikap religius.

Sikap estetis: Merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yg dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yang amat bebas. Manusia harus memilih hidup terus dengan kenikmatan atau meloncat ke tingkat lebih tinggi lewat pilihan bebas.
Sikap etis: Sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidupnya.
Sikap religius: Berhadapan dengan Tuhan, manusia sendirian.



Manusia menjadi seperti yang dipercayainya
Pernyataan Parmenides hingga Hegel: ‘Berpikir sama dengan berada’ ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya ‘percaya itu sama dengan menjadi’. Disini dan kini manusia percaya dan menentukan bagaimana dia akan ada secara abadi. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yang pasif, atau sebagai pemain/individu yg menentukan sendiri eksistensinya dg mengisi kebebasannya.


Waktu dan Keabadian
Setiap orang adalah campuran dari ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia adalah gerak menuju Allah, tapi juga terpisah/terasing dari Allah. Manusia dapat menyatakan YA kpd Tuhan dlm iman, atau mengatakan TIDAK. Jika ia mengatakan YA, ia akan menjadi yang ia ada. Manusia hidup dalam dua dimensi sekaligus: keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam ‘saat’. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dalam saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu ‘loncatan’ dr waktu ke keabadian.


Subyektivitas dan eksistensi sebagai tugas
Eksistensi manusia bukan sekadar suatu fakta, tapi lebih dari itu. Eksistensi manusia adalah tugas, yang harus dijalani dengan kesejatian sehingga orang tidak tampil dengan semu. Bila eksistensi suatu tugas, ia harus dihayati sebagai suatu yang etis dn religius. Eksistensi sebagai tugas disertai oleh tanggungjawab. Tidak seperti berada dalam massa, eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan sendiri. Untuk itulah Kierkegaard menganggap subyektivitas dan eksistensi sejati itu suatu tugas.


Publik dan individu
Pendapat umum kerap didukung oleh khalayak ramai yg anonim belaka. Publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata. Orang sering berusaha menggabungkan diri dalam kelompok dengan mengumpul tanda tangan. Ini bukti orang itu tidak berani tampil sendiri secara berarti. Mereka itu orang-orang lemah. Mengandalkan diri pada kekuatan numerik. Ini adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukan menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bergabung dengan yang lain. “Hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan. Kalau tidak, penggabungan individu yang lemah sama memuakkan seperti perkawinan antara anak-anak”


Menurut Satre


Pemikiran filsafat Sartre
Sulit menjabarkan pemikiran filsafat Sartre secara singkat. Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda lain yang tidak punya kesadaran. Untuk manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Bagi manusia eksistensi mendahului esensi.


Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subjektivitas. Apapun makna yang diberikan pada eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggungjawab. Tanggungjawab yang menjadi beban kita jauh lebih besar dari sekedar tanggungjawab terhadap diri kita sendiri. Dibedakan ‘berada dlm diri’ dan ‘berada untuk diri’. Berada dalam diri = berada an sich, berada dalam dirinya, berada itu sendiri. Mis. meja itu meja, bukan kursi, bukan tempat tidur.


Semua yang berada dalam diri ini tidak aktif. Mentaati prinsip it is what it is. Maka bagi Sartre segala yang berada dalam diri: memuakkan. Sementara berada untuk diri = berada yg dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dg keberadaannya. Bertanggungjawab atas fakta bhw ia ada. Mis. Manusia bertanggungjawab bhw ia pegawai, dosen. Benda tdk sadar bhw dirinya ada, tp manusia sadar bhw dia berada. Pd manusia ada kesadaran.

Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri.
Baru kalau kita scr refleksif menginsyafi cara kita mengarahkan diri pd objek, kesadaran kita diberi bentuk kesadaran akan diri.Tuhan tdk bisa dimintai tanggungjawab . Tuhan tdk terlibat dlm putusan yg diambil oleh manusia. Manusia adalah kebebasan, dan hanya sbg makhluk yg bebas dia bertanggungjawab.
Tanpa kebebasan eksistensi manusia menjadi absurd. Bila kebebasannya ditiadakan, maka manusia hanya sekedar esensi belaka. Baru kalau kita scr refleksif menginsyafi cara kita mengarahkan diri pd objek, kesadaran kita diberi bentuk kesadaran akan diri.

Tuhan tdk bisa dimintai tanggungjawab . Tuhan tdk terlibat dlm putusan yg diambil oleh manusia. Manusia adalah kebebasan, dan hanya sbg makhluk yg bebas dia bertanggungjawab.
Tanpa kebebasan eksistensi manusia menjadi absurd. Bila kebebasannya ditiadakan, maka manusia hanya sekedar esensi belaka.


Apakah yang mengurangi kebebasan manusia?


Beberapa kenyataan (kefaktaan) yg mengurangi penghanyatan kebebasan:

Tempat kita berada: situasi yg memberi struktur pd kita, tp juga kita beri struktur.
Masa lalu: tdk mungkin meniadakannya krn masa lampau menjadikan kita sebagaimana kita sekarang ini
Lingkungan sekitar (Umwelt).
Kenyataan adanya sesama manusia dg eksistensinya sendiri.
Maut: tdk bisa ditunggu saat tibanya, walaupun pasti akan tiba.

Walaupun kefaktaan ini melekat dlm eksistensi manusia, tapi kebebasan eksistensial tdk bisa dikurangi/ditiadakan.


Ketubuhan manusia
Dalam eksistensi manusia, kehadiran selalu menjelama sbg wujud yg bertubuh. Tubuh mengukuhkan kehadiran manusia. Tubuh sbg pusat orientasi tdk bisa dipandang sbg alat sematamata,tp mengukuhkan kehadiran kita sbg eksistensi.


Komunikasi dan cinta

Komunikasi = suatu hal yg apriori tak mungkin tanpa adanya sengketa, krn setiap kali org menemui org lain pd akhirnya akan terjadi saling objektifikasi, yg seorg seolah2 membekukan org lain. Terjadi saling pembekuan shg masing2 jadi objek.
Cinta = bentuk hubungan keinginan saling memiliki (objek cinta). Akhirnya cinta bersifat sengketa krn objektifikasi yg tak terhindarkan.

Sumber : PPT Filsafat

semoga bermanfaat bagi anda, karena saya bingung jelasin ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar